Cerpen : sahabat jadi cinta?

Friday, January 21, 2011


Rara berlari sekuat tenaga sambil sesekali berhenti untuk mengambil nafas panjang dan melihat ke arah jam tangannya yang berwarna hitam. Jam sudah menunjukkan pukul 7.10 yang artinya, Ia sudah terlambat 25 menit. Terlambat memang bukan hal yang aneh bagi Rara. Ia sudah sering terlambat ke sekolah karena jarak rumahnya dengan sekolah memang jauh. Biasanya Rara hanya pasrah apabila Ia harus dipulangkan karena terlambat, tapi tidak untuk hari ini. Hari ini Rara ada ulangan fisika dan praktikum kimia, jadi Ia wajib hadir di sekolah.  Akhirnya Ia sampai di pintu gerbang sekolah. Tepat seperti dugaannya, pintu gerbang sudah ditutup dan Ibu Eny si-guru-BP-yang-galak dan super jutek sudah berdiri tegap menyambut Rara. Rara lalu menghampiri gerbang, Ia memberikan senyum terbaiknya dan mengucapkan salam, “selamat pagi bu Eny, pagi-pagi udah standby aja bu di gerbang, hehe.”
“haha hihi aja kamu! Kamu tahu ini jam berapa? Kamu ini sudah kelas tiga Rara! Saya bosan setiap hari melihat kamu terlambat.”
“maaf bu, saya tahu saya salah. Saya udah berangkat lebih pagi kok bu, tapi tadi itu jalanan macet banget bu, saya boleh masuk ya bu? Saya ada ulangan sama praktikum hari ini.” Ujar Rara dengan memasang muka memelas. Sayangnya, muka memelas Rara nampaknya tidak berhasil membuat si-guru-BP-yang-galak itu tersentuh.
“macet macet macet, tiap kali terlambat selalu macet yang kamu jadikan alasan. Semua orang juga selalu kena macet, tapi cuma kamu saja yang selalu terlambat dengan alasan klise seperti itu.” blaa..blaa..blaa. bu Eny terus saja menceramahi Rara dengan emosi yang berapi-api. Rara hanya bisa mengangguk-angguk kecil mengiyakan kata-kata gurunya. Padahal dalam hati Ia bergumam, “ya ampun, sarapan apa sih nih orang tadi pagi? Gw rasa dia sarapan arang panas, jadi ngomongnya berapi-api gitu ngomelin gw. Argh bete!”  Hampir 10 menit bu Eny menceramahi dan mengomeli Rara. Karena sudah tidak sabar ingin masuk, Rara memberanikan diri bertanya, “jadi saya boleh masuk ga nih bu?”
“ya sudah, karena kamu sudah kelas tiga dan wajib mengikuti praktikum, kali ini saya ijinkan kamu masuk, tapi lain kali jangan harap kamu!”
“oke bu! Terimakasih loh bu, daritadi kek bu..” ujar Rara sedikit bergumam.
“apa kamu bilang???”
“ga kok bu, ga bilang apa-apa, hehe saya masuk ya, daa daa ibu.” Ujar Rara sambil buru-buru meninggalkan bu Eny.

***
“woy cebol! Kemana aja lo? Hari gini baru nongol di kelas, hahaha.” Ujar seorang murid laki-laki yang tinggi besar seraya menoyor kepala Rara.
“iih apaan sih lo fan! Mood gw lagi jelek nih, jangan cari gara-gara deh kalo ga mau sepatu gw yang blom dicuci 5 bulan masuk ke mulut lo!” ujar Rara sambil menyingkirkan tangan fandhi dari kepalanya. Ya, laki-laki itu bernama fandhi. Fandhi adalah cowo paling populer di sekolah,  sekaligus sahabat Rara sejak SD. Dia anggota tim inti basket, dia juga ikut karate dan cukup aktif di OSIS. Sayangnya, walau bersahabat dengan cowo populer, Rara tidak terkena imbas kepopuleran sahabatnya. Rara bukanlah siswi yang populer, dia hanya siswi biasa yang jago karate dan memasak.
“wuidih galak bener neng! Hahaha santai aja bro kayak di pantai. Kenapa sih lo? Telat lagi?”
“iya gw telat lagi tadi, macet parah tau!!! Udah gitu gw diomelin sama si nenek sihir di pintu gerbang, ada kali 15 menit dia ngoceh nonstop nyeramahin gw! Emosi jiwa nih gw fan.” “hahahahahaha apes banget ya lo kayaknya! Sabar ya bebs.” Ujar Fandhi seraya mengacak-acak rambut Rara dan melenggang pergi keluar kelas meninggalkan Rara . Hubungan Fandhi dan Rara memang sangat dekat, sudah seperti orang yang berpacaran. Tapi anak-anak satu sekolah tidak menyadari kedekatan mereka, karena saat di depan umum mereka jarang sekali berbicara satu sama lain. Biasanya mereka mengobrol dan bersenda gurau di tempat sepi atau saat tidak ada orang. Aneh memang, tapi itulah cara mereka berteman. Menurut mereka, tidak masalah jika tidak mengobrol di sekolah, toh rumah mereka bersebelahan.

***
“tiinn tinn tiiiiinnn..” suara klakson sebuah mobil sedan Peugeot warna biru dongker, memecah keheningan pagi dan memaksa Rara untuk bergegas keluar rumah. Ternyata itu Fandhi, Ia sengaja menjemput Rara karena tidak mau sahabatnya itu terlambat di hari pertama ujian nasional.
“woy Ra cepetan dong, kacau nih kalau sampe telat, semalem kan udah gw wanti-wanti.”
“iya iya bentar, pake sepatu dulu gw.” Rara memakai sepatu asal-asalan dan langsung masuk ke mobil.
“nih, buat lo fan.” Rara menyodorkan tempat bekal berisi roti bakar buatannya ke arah Fandhi.
“wah, roti bakar ya? Asik baik banget lo Ra, tahu aja gw belum sarapan, hehe.”
“iya dong, gw gitu. Apa sih yang gw ga tahu tentang lo fan?! Hahaha.” Ujar Rara bangga, sambil menepuk pundak Fandhi. Fandhi yang sedang menyetir bergumam dalam hati, “ada satu yang lo ga tahu tentang gw Ra. Lo ga tahu kalau gw bener-bener sayang sama lo…”
“eh cebol, suapin gw dong! Gw kan lagi nyetir, harus konsentrasi nih.” Ujar fandhi yang kembali ke dunia nyata setelah merenung sejenak. “iya iya, nih, haaa..” Rara memasukkan sepotong roti bakar ke mulut fandhi.

***
Akhirnya pengumuman kelulusan pun tiba. Semua murid gelisah menunggu pengumuman, tidak terkecuali Rara dan Fandhi. Mereka berdua jelas bakalan nangis darah kalau sampai tidak lulus. Karena mereka berdua masing-masing sudah lolos seleksi masuk PTN favorit. Rara diterima di Universitas Indonesia dan Fandhi diterima di Universitas Gajah Mada .
“fandhi… fandhi…fandhinya udah bangun belum tan?” Tanya Rara kepada mamanya fandhi.
“kayaknya belum deh sayang, kamu coba cek sendiri ya di kamarnya.”
“oke deh tan, aku naik ya.” Rara langsung bergegas menaiki tangga dan menuju ke kamar fandhi. Di kamar, fandhi masih tidur nyenyak di bawah selimut tebalnya.
“woy, kebo!!! Bangun lo! Fandhi banguuuuunnn…” teriak Rara sambil menarik selimut dan mengguncang-guncang tubuh sahabatnya itu.
“apaan sih lo, cebol! Ganggu aja pagi-pagi gini! Gw masih ngantuk ah, bodo amat, pulang sana!” fandhi mengomel sambil kembali menarik selimut menutupi wajahnya.
“iiiiih kebo! Dengerin gw dulu dong, kita lulus fan kita lulus!!!” Rara berteriak tepat di telinga Fandhi. Fandhi pun langsung loncat dari tempat tidurnya dan langsung memeluk Rara ketika mendengar berita gembira dari sahabatnya itu.

***
“lo yakin mau ke prom sama gw fan? Pasti kan banyak banget cewe-cewe cantik yang eksis yang mau pergi sama lo, kenapa lo mau sama gw?”
“ah, gw males sama cewe-cewe kecentilan gitu.  Emang lo ga mau ke prom sama gw? Lo udah ada rencana pergi sama orang lain ya? Siapa Ra?” ujar Fandhi panik.
“hahaha ga kok, lagian mana ada cowo yang mau ngajak gw ke prom fan? Gw tuh tadinya ga berniat datang ke prom, tapi berhubung lo ngajak, gw mau deh nemenin sahabat gw yang ganteng ini.” Ujar Rara sambil menggoda Fandhi. Fandhi yang memang sudah menyukai Rara dari dulu, spontan memerah wajahnya saat digoda oleh Rara. Sayangnya Rara terlalu polos untuk menyadari hal itu. Fandhi sengaja mengajak Rara ke prom karena Ia ingin mengutarakan perasaannya pada Rara.

***
Akhirnya malam prom yang dinantikan pun tiba. Fandhi menjemput Rara ke rumahnya, perasaannya kacau, Ia sangat tegang memikirkan bagaimana cara yang tepat menyampaikan perasaannya. Ia takut Rara marah, karena mereka sudah lama bersahabat dan biasanya kebanyakan sahabat tidak mau merusak persabahatan mereka dengan cinta. Akhirnya Rara keluar dan menghampiri Fandhi yang menunggunya di ruang tamu. Fandhi sangat terpesona melihat Rara yang benar-benar berbeda dari biasanya. Rara terlihat sangat cantik dalam balutan short dress berwarna merah muda dan sepatu high heels nya, rambutnya pun ditata dengan sangat manis sehingga membuat Rara semakin menawan. Sejenak Fandhi merasa kehilangan kesadarannya, dalam hati Ia berkata “wow, Rara cantik banget…”. ”yuk berangkat!” Ujar Rara memecah lamunan Fandhi. Mereka pun berangkat ke prom. Di mobil suasana terasa sangat canggung. Sepertinya Rara pun mulai merasakan perasaan yang berbeda pada Fandhi. Ia mulai sadar, bahwa Fandhi bukan hanya sekedar sahabat baginya, tapi lebih dari itu.
Prom berlangsung lancar dan meriah malam itu. Akhirnya acara pun usai, hal itu berarti tiba saatnya bagi Fandhi untuk mengungkapkan perasaannya. Fandhi mengajak Rara duduk di bangku taman sebelum pulang. “ga kerasa ya Ra kita udah lulus aja loh. Sebentar lagi kita kuliah, lo di Jakarta dan gw di jogja, gw bakal kangen banget Ra sama lo.” Ujar fandhi sambil menatap lekat mata Rara. “Ra, ada sesuatu yang mau gw bilang, sebenernya udah lama gw mau bilang, tapi gw bingung…”
“bilang apaan fan? Bilang aja lagi, sejak kapan sih lo jadi kaku sama gw?”
“hhhmmm…sebenernya…gw udah lama…suka sama lo Ra, gw sayang banget sama lo, sejak pertama kali kita main bareng, sejak kita tetanggaan, gw suka sama lo Ra dan gw mau jadi pacar lo.” Rara benar-benar kaget mendengar ucapan sahabatnya yang sangat tiba-tiba. Ia bingung dengan perasaannya, Fandhi itu sahabatnya dari dulu dan tidak pernah terbayangkan olehnya fandhi akan menjadi pacarnya.
“gw gatau fan, gw bingung, kita udah lama sama-sama. Gw nyaman ada di deket lo, gw seneng main sama lo dan gw mau kita selalu kayak gitu. Jujur gw kesel kalo liat lo dideketin sama cewe-cewe centil itu, tapi gw gatau itu artinya apa. Apa itu artinya gw suka sama lo? Apa gw cemburu? Gw ga ngerti Fan.”
“Gw ngerti Ra, lo pasti kaget denger gw tba-tiba bilang gini. Gw ga akan maksa lo jawab sekarang kok, lo bisa jawab kapan pun lo siap. Gw akan selalu nunggu jawaban dari lo Ra…”
“Makasih ya Fan, lo udah ngertiin gw. Gw ga bisa jawab sekarang. Gw ga mau ngerusak persahabatan kita yang udah bertahun-tahun. Gw ga mau gegabah ngambil keputusan. Kita tetep jadi sahabat ya sampe gw bisa jawab pertanyaan lo…kalau kita emang jodoh, pasti ada jalannya kok.” Ujar Rara seraya menepuk pundak sahabatnya yang terlihat sedikit kecewa. Tapi Fandhi tidak pernah menyesal telah mengutarakan perasaannya. Sekarang Ia sangat lega. Ia bersedia menunggu Rara sampai kapan pun dan selama penantian itu Ia akan selalu menjadi sahabat terbaik Rara.

***

1 comments:

Anonymous said...

nice story sis, pasti kalo ini bisa kejadian bakal seru banget ya....
hehe....

Post a Comment